Senin, 30 Desember 2013

Malam Tahun Baru Perlukah Dirayakan di Indonesia?

Malam Tahun Baru menjadi sebuah malam yang sakral bagi sebagian orang. Pada malam tersebut banyak kemeriahan yang disajikan, namun ada pula yang menikmati pergantian tahun dengan acara-acara rohani.

Malam Pergantian Tahun memang menjadikan hiburan tersendiri dan sekaligus nampaknya dalam beberapa tahun terakhir sudah seperti menjadi budaya diberbagai Negara.

Bagi beberapa Negara yang mayoritas penduduknya muslim banyak menimbulkan pro dan kontra sebaiknya bagaimana menanggapi malam yang banyak kemeriahan ini?

Malam Tahun Baru Perlukah Dirayakan di Indonesia?
Malam Tahun Baru
versi Google Doodle
Tetapi di sini kita tidak membicarakan malam sebagai tanda diawali tahun, bulan dan hari yang baru ini dalam prespektif agama. Di sini akan kita lihat tentang pola demografi dan geografi serta tak ketinggalan dalam segi aspek ekonomi.

Demografi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang kependudukan manusia, sedangkan Geografi mempelajari hubungan-hubungan tentang kondisi kebumian.

Pada hakikatnya malam tahun baru tersebut merupakan sebuah perayaan masyarakat romawi kuno yang mengadaptasikan antara agama dan budaya. Mereka merayakan tersebut ada beberapa versi, ada yang menyebutkan bahwa mulai terlihatnya kembali matahari dan satu versi lagi yang tidak bisa disebutkan dalam artikel ini.

Anda dapat menemukan versi kedua di grup Iluminati Facebook.

Manusia sendiri memiliki perasaan yang dalam istilah psikologi juga bisa disebut emosi. Nah perasaan tersebut tentu bisa terdiri senang atau sedih serta perasaan-perasaan yang lain.

Apabila dilihat dari segi demografi yang berkaitan dengan penduduk dan yang pasti yang dimaksud penduduk itu adalah manusia maka kita dapat melihat alasan psikologis tadi yaitu tentang perasaan manusia terhadap malam tahun baru ada yang senang dan ada yang menanggapi biasa saja. Maka jika melihat aspek tadi maka perayaan tersebut kembali kepada Individu masing-masing.

Terkait dengan geografi Indonesia terletak diantara dua benua atau bisa dikatakan diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia. Maka Indonesia memiliki iklim tropis dan dua musim, jika menilik versi pertama tadi yaitu tentang mulai munculnya kembali matahari maka perayaan malam tahun baru di Indonesia ini sama sekali tidak berlaku! Alasannya ketika musim hujan sekalipun, di Indonesia matahari bisa tetap terlihat.

Masing terkait dengan aspek geografi tadi Indonesia memiliki pulau yang banyak dan terdapat 33 Provinsi tentu setiap Provinsi memiliki kebijakan tersendiri terkait dengan hadirnya malam yang sakral menurut beberapa orang.

Di Aceh misalnya seperti yang diwartakan oleh KBRN Kecamatan di Aceh yaitu Baiturrahman masyarakat di sana dihimbau untuk tidak merayakannya.

Kini beralih dalam bidang Ekonomi, jika berbicara ekonomi tentu ada beberapa sistem ekonomi. Ekonomi campuran merupakan Sistem Ekonomi di Indonesia, sehingga banyak macam yang terdapat dalam sistem-sistem tersebut, syariah termasuk ada didalamnya.

Bagaimana hubungannya dengan malam tahun baru?

Bisnis yang terjadi dengan perayaan ini begitu fantastis, contoh paling mudah adalah mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara maupun dalam negeri. Terkait dengan wisata ada baiknya Anda membaca Tempat Wisata di Jogja Keren.

Fakta yang lain yaitu dalam dunia artis atau hiburan banyak artis-artis yang tentunya selebritis tidak segan-segan untuk menaikkan harga hasil jerih payahnya di panggung hiburan. Lalu apa yang dimaksud selebritis? Baca: pengertian selebritis.

Maka jika dilihat dari segi bisnis tersebut malam tahun baru perlu untuk dirayakan!

Referensi: Otempoquehadevir.blogspot.com, wikipedia, rri.co.id

Oleh karena itu malam pergantian tahun apakah dilaksanakan atau tidak kembali dilihat dalam aspek yang seperti apakah yang diambil oleh seseorang tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar